Powered By Blogger
Feeling, Writing, and Sharing...
Peek-a-Boo to My Notes

Tips Main Dating Apps yang Aman, Nyaman, dan Bebas Drama

Sunday, June 3, 2018

“Put this in your mind. When you give special treatment for one person differently from the others, that time you have been investing more feeling and more emotion into that one person. Itulah benih baper.”


Bentuk lain dari social media yang mengeksploitasi rasa insecure para zombie zomblo dan naluri berpasang-pasangan dari manusia itu ternyata makin booming AF! Jumlah dating apps makin menjamur aja nih. Dari pemain lama sampai apps baru menghiasi Appstore. 

Gue pun kena pesonanya. Saat negara api menyerang kedamaian hidup, mulailah gue kena racun dating apps. Seingat gue, hal-hal tentang bersosialisasi di dunia maya apalagi dating apps yang menurut gue membuat kezombloan lo becomes pathetic, gak ada sama sekali di kamus gue. But, entah mabok or gimana, di satu malam, tiba-tiba gue sudah berakhir swipe kiri swipe kanan sambil rebahan di kasur. Yeah. I am a spontaneous-enough person who has no hesitation to try ‘nyeleneh’ things, termasuk jilat ludah sendiri. Omo!


Thanks God… like mostly sceptic person, disela-sela swipe-swipe gitu I also kinda do a little research by googling about the dating apps stories. Gak usah di detailin cerita macam apa yang gue baca. HAHAHAHA! Gue berkesimpulan, pengalaman yang didapat setiap orang dari petualangan dating apps berbeda-beda. Ada yang happy ending, tapi banyaknya ‘gajelas’ ending, sampai sad ending. Gue dapat faedah yang sama dari tiap kisah, yaitu kemampuan mengelola hati, perasaan, dan logika merupakan modal dasar yang harus dimiliki sebelum mulai ber-swipe ria. Baca deh supaya cerita kencan dunia maya kalian jadi berfaedah and fun, instead of making you like a drama queen dan malah nambah beban perasaan yang gak perlu.

Take a deep breath, you can still flirt and swipe safely. Here are the Tips #sotoy based on my invalid research

Kaki Tetap Napak di Bumi
Maksudnya, jangan kehilangan logika kalian. Melayang diatas tanah apalagi terbang pasti seru plus enak kan? But, C’mon! That’s not logic, either exist in real world. Apa korelasinya dengan main dating apps?

Jangan lupakan fakta bahwa kalian itu saling bertemu di dunia maya. Gue bicara lebih spesifik lagi: Bila lo bertemu “doi” via dating apps, maka dari awal lo mau gak mau harus menerima konsekuensi gak bisa set ekspektasi apapun terhadap si dia. Ini berarti, jangan berharap terlalu tinggi. Dalam per-pedekate-an di dunia nyata saja, multi gebetan atau setiap tikungan ada merupakan hal lumrah. Malah, multi-gebetan itu wajib hukumnya bagi sebagian besar cowok (cewek pun juga, gak usah pencitraan) Banyaknya gebetan berbanding lurus dengan seberapa ngebet sang fakir cinta tadi melepas status lajang jomblonya. Hahaha. Itu logika umum. Walaupun gak semua cewek atau cowok melakukan atau menerima prinsip koleksi gebetan tadi. Gue gak begitu, kok. Makannya gue zombie, eh zomblo. Apalagi di dunia setengah nyata (alias DunMay) dimana komunikasi cuma sebatas chatting doang dan paling mentok video call. Siapa yang tau, selain ngeladenin chat kamu, dia juga lagi kejar dua (bahkan lebih) prospekan lainnya?

Gebetan Dating Apps
Warning! No high expectation. Best served with no expectation at all.
Kalo ibarat bungkus kemasan produk, mungkin label yang tertera di jidat gebetan bakal seperti itu
(Thank you to my random imagination =.=)

No Baper
Bermula dari dating apps, lalu pindah ke platform chat pribadi, kemudian lo merasa dia sepertinya serius nih sama kita, dia selalu nanggapin dan fast response. You both felt getting closer each other (atau emang si doi sengaja set alur biar lo merasa begitu, then Gotcha! Teman chat malam-malam sunyinya bertambah 1 orang. Kamu!) Seolah cuma kamu yang dia kejar.

Aku?
Iya, kamu. Kamuuu~

NGAKAK

Pernah ada yang begitu?
It seems working at the beginning and getting more intense.
Dia tampaknya tertarik? That’s a good start.
Congrats, petualangan lo di dating apps ada faedahnya.
Miris juga kali ya, kalau di dating apps aja yang notabene dunia setengah nyata, lo ternyata masih dicuekin and no one responses you. Justru berabe kalo masih zonk di dunia nyata dan tak nyata, haruskah ke dunia tak kasat mata untuk secercah perhatian? Atiiitt… tapi tak beldalah. Aaaw.

Cowok kalo sedang tertarik dengan satu cewek itu, dia akan mempresentasikan dirinya sebagai Single, terlepas apakah dia beneran single atau separo doublé alias lagi complicated dengan pacar/gebetan lainnya.

Lesson two that’s related to lesson one: “Baper dapat membunuhmu”

Gimana caranya biar jauh-jauh dari perasaan lucknut yang disebut baper?

“Put this in your mind. When you give special treatment for one person differently from the others, that time you have been investing more feeling and more emotion into that one person. Itulah benih baper.”

It’s easier to write than to practice. HAHA *elus dada* The struggle is real buat orang-orang bertipe “kalo udah cocok sama A yaudah sampe sakit hati tetap A” Semua balik lagi ke diri sendiri, mau bikin diri sendiri baper or not? Satu-satunya cara kalo gak mau baper, tetap sibukin diri lo dengan chat banyak match dan perlakukan mereka dengan perlakuan yang SAMA. Dari intensitas chat, gaya bahasa, pokoknya jangan dulu kasih perlakuan spesial di satu match aja.
Darimana gue dapet ilmu ini? Jangan akunting doang dipelajarin, masalah hati juga. Ngerti balance, tapi love life gak balance. LOL

Bersiap untuk Peralihan Dua Dunia
I’m talking about kopi darat. Saat obrolan kalian menjadi semakin klik dan salah satu atau malah keduanya mulai timbul rasa menginginkan hal “lebih”, ketemuan biasanya jadi next step to go further dalam segala jenis hubungan. 

Setelah obrolan ngalir, sampaikan aja “I want to meet you in person.”

(Lakukan tanpa baper, ya. Kalo ada 2 orang ngajak ketemuan, ya gapapa juga. Bagus. Keren beud lo!)

Bisa aja gak usah ketemuan, kalo lo memang bertujuan dan sudah cukup puas hanya mencari teman ngobrol via layar hape buat menemani di malam-malam dingin nan syahdu :p Kalo malah dia yang nolak dan ngulur-ngulur waktu seolah menghindari pertemuan? Berarti, tujuan dia buat nyari temen chat doang. Dia gak mau ketemuan, cuma iseng, dan gak mau kenal the real you. Terserah lo mau dilanjutin lagi atau stop and move buat gunakan waktu lo chatting ke match lainnya yang lebih prospek. Cukup sudah… batas waktu… #nyanyi

Oh iya, ada baiknya cari tau sedikit tentang match lo sebelum ketemuan. Kalo belom apa-apa dari obrolannya, profile picturenya, atau social medianya sudah kelihatan b*itchy atau brengs*ek atau malah terang-terangan minta one night stand, itu mah gak usah diladenin. Eh, tapi bagi yang menganut paham “lebih bebas”, monggo saja. Resiko ditanggung sendiri setelah membeli. Pecah berarti membayar :p But, buat ladies, gue menyarankan kalian untuk tidak se-wild itu.

Gak perlu takut berlebihan saat ketemu kenalan baru; yang bener-bener orang antah berantah gak pernah kenal sebelumnya. Be prepared for that switching, from virtual interaction to real world interaction. Tipsnya, gunakanlah selalu common sense. Be aware dan amati, kira-kira ini orang bener gak ya? Ketemuannya di tempat yang normal aja. Buat amannya, ajak jalan santai di mall atau ngobrol di café yang lo tau pasti ramai dikunjungi orang-orang, atau tempat dengan keramaian lainnya pada siang sampai maksimal sore hari. Bukan mojok berduaan di tempat sepi, karena kata Nenek itu berbahaya. Untuk sebuah pertemuan pertama dengan orang yang lo kenal di internet, cara tadi sudah cukup safe dan lo tetap bisa dapat esensi ketemuannya yaitu knowing each other.

Menurut gue ya… menurut gue doang nih. Mungkin kalian ketemu via dunia gak nyata. Tapi, hubungan itu masih ada kemungkinan untuk berkembang di dunia nyata. Dating apps bagaikan jembatan penghubung antar dua insan saja. Apa yang terjadi selanjutnya, itu ditentukan setelah mereka bertemu secara NYATA. Gausah mikir jauh-jauh, apakah dia jodohku, ya Tuhan… Pertemuan itu dibawa santai aja. Toh, kalau bisa berlanjut menjadi pertemanan gak rugi juga kan. Nambah relasi dan wawasan juga dari orang baru yang berbeda karakter dan latarbelakang.


Trust me, it works
So, Good luck ya para Tinder-rella :)

FYI, kalo gue udah mulai lelah. Why?
Awal mula gue download Tinder itu jauh banget dari tujuan DATING. Gue gak lagi “cari jodoh”
Ujungnya bisa kecemplung pun karena perkataan persuasif satu sahabat gue.
“Baik bagi lu. Buat seru-seruan aja, biar chat2an sama cowok. Biar gak stress-stressan mulu lo. Huahaha”, gitu katanya
But, is stress cure more pathetic than seeking for a date?
Donlot. Main bentar. What the heck is this app. Uninstall. Terpengaruh temen. Donlot. Main bentar. Got a nice “Click”. Uninstall. Donlot…….
So, Lo berhenti Total?
Dunno. I dunno whether I’m gonna play again or quit.
Sepertinya gue di tahap take a break from dating apps.
I’ve dealt with my struggles and managed to get out of my stressful life.
Oh iya, it means one last tips.

Take It or Leave It Now
Dari beberapa cerita yang gue baca, mostly si penulis bercerita kalau mereka sudah lelah berpetualang di dating apps. Ada yang kapok main, ada yang take a break dulu. Motif awal mereka pun beragam. Dari motif paling normal karena iseng cari gebetan sampai yang anti-mainstream yaitu buat jualan MLM dan riset skripsi.

HAHAHA. Seriously!
Ada yang malah jualan MLM ke matchnya, lho.

At the end, I came at a point like them. I was like overwhelming by all this match and swiping things. Kalo kalian main dating apps sebelum mendapat pencerahan dan belum baca tulisan berfaedah gue ini, terus sudah terlanjur kebawa perasaan. (Siapa juga yang baca blog ini, wong belom gue promote content lagi. Mager.com) Lalu, kalian sempet merasa ‘nyesel’ karena kecewa dengan match kalian yang jauh dari bayangan dan angan…. Atau malah sudah sempat sakit hati karena main dating apps?

Maka, sudah hilang tujuan awal dating apps yang harusnya berfaedah dan bikin lo semua fun. Kalo emang suatu hal bikin hidup lo tambah susah, gak usah dipertahanin. Apalagi cuma gegara perkara main aplikasi perjodohan online. Pencetus ide pertama kali ini hebat juga ya. Penemuannya menjadi seolah pedang bermata dua, bisa menjadi berkah bagi zomblo ngenes dan di saat bersamaan bisa jadi bumerang bila tidak hati-hati menggunakannya. If it really burdens you, uninstall detik ini juga. Gak usah main lagi. As simple as that. Kalo tergoda main lagi, tinggal re-install. Biar gak kegoda lagi? Hapus Appstore nya or buang hapenya :3

Every point above is logic enough, rite? But, one illogical question left in my mind.

Would anyone really find his/her real true sincere love from a dating apps which is a surreal world where anybody can be any kind of person they want?

Who can explain me logically?


 ***




Sekilas Ocehan
Kalo ada yang mikir, “Dari gaya nulisnya, kayaknya author lagi baper kaan? Pengalaman pribadi? Ngaku!”
Jangan judging, berkesimpulan sendiri, maupun bergosip. Itu sebagian dari dosa :3
Sewaktu kuliah, metode belajar gue visual & kinetik. Sisi kinetiknya, gue suka nulis ulang catetan karena cara itu bikin pelajaran meresap ke otak gue. Tangan gue bergerak sambil otak gue mencerna dan menangkap. Gue produce tulisan biasanya karena topik itu menarik bagi gue atau gue lagi mempelajari topik itu. Jadi, hopefully semakin gue nulis akan semakin meresap hal itu sampai ke syaraf-syaraf dan neuron di dalam otak gue. That’s my diplomatic answer on the question why I wrote about dating apps.

0 comments:

Post a Comment

Komentar Anda