Powered By Blogger
Feeling, Writing, and Sharing...
Peek-a-Boo to My Notes

[Bulan Bahasa] Sumpah Pemuda dimata ' Mereka yang Muda '

Saturday, October 29, 2011
Jangan tanya apa yang telah negara berikan kepadamu, Tapi tanyalah dirimu sendiri apa yang telah kau berikan pada Negaramu... 


Kali ini gue bakal membahas sedikit tentang Identitas Indonesia. Tema ini sesuai banget dengan bulan Oktober ini. Hayoo,ada apa bulan Oktober??


Halloween? 

Eits,yang jawab Halloween SALAH. 

Kan sekarang gue mau membahas tentang Negeri sendiri, INDONESIA. 
Yup! Bulan Oktober merupakan bulan Bahasa.. dan tepat tanggal 28 Oktober 1928,kala itu bangsa Indonesia memperingati hari 'SUMPAH PEMUDA'

Sumpah Pemuda

Pertama,gue akan ngebahas tentang Sumpah Pemuda. Banyak diantara kita pasti udah pernah mendengar tentang sejarah lahirnya Hari Sumpah Pemuda,entah dari buku-buku sejarah waktu SD atau dari Internet/Berita TV. Tapi,sebenarnya kita-kita ini,para generasi muda sebenarnya tahu gak sih apa Isi Sumpah Pemuda ? dan seberapa besar makna sepenggal kisah sejarah itu buat bangsa ini ?


Sambil membuka kembali ingatan kita akan pelajaran Sejarah zaman SD-SMP dulu, Inilah point Sumpah Pemuda. Ikrar para muda-mudi Indoneisa kala itu.

"SUMPAH PEMUDA"

Pertama
Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia

Kedua
Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia

Ketiga
Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia

Sekarang, Mari kita simak sepenggal Kisah yang mungkin 'menampar' kita para generasi muda...

Seuntai Tangis di hari 'Sumpah Pemuda'

Bukan kami yang mengucap sumpah 83 tahun yang lalu. Tetapi kakek tua renta yang duduk di seberang sana. Maka tidak ada ikatan apa pun bagi kami. Sungguh, Kek, apa yang kakek lakukan 83 tahun silam itu tidak berarti apa-apa bagi kami.
Mungkin bagi kakek, itu adalah sebuah bukti pengorbanan dan rasa cinta taah air bagi kakek. Namun bagi kami, disaat kini dimana cinta tanah air sudah tidak lagi populer dan dianggap sebagai sebuah fanatisme sempit dan tergeser oleh tatanan masyarakat global, apa yang kakek lakukan hanya tinggal coretan kata di buku pelajaran anak-anak yang masih memakai baju putih-merah.

Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia

Kek, aku ingin bertanya sesuatu. Apa itu tanah air? Kami pun tidak tahu. Sesungguhnya kami adalaha warga negara Indonesia. Kami hanya manusia yang bermukim di wilayah yang kebetulan merupakan bagian dari wilayah kedaulatan NKRI. Bukan berarti kami rela menumpahkan darah demi tempat tinggal kami. Sungguh jika kami mampu, maka kami akan lebih memilih tinggal di negara-negara Eropa sana untuk agar bisa memadu kasih di bayang-bayang
keindahan Eiffel, berteriak kebebasan di atas Miss Liberty, atau tersesat di keramaian kota New York.
Hanya saja kami tidak mampu. Takdir mendamparkan kami di negeri yang masyarakatnya banyak di bawah garis kemiskinan atau tepat di garis kemiskinan tersebut. Negeri dengan ketimpangan ekonomiyang sangat besar. Dan sebuah negara besar yang bahkan tidak berkutik meski berulang kali diusik oleh tetangganya.
Jadi buat apa kami menumpahkan darah untuk tanah ini? Sungguh hanya orang-orang bodoh yang rela menumpahkan darah dan berperang hanya demi apa yang mereka sebut harga diri. Heran saja di zaman globalisasi ini masih ada orang yang fanatik sempit hanya untuk apa yang mereka sebut tanah air. Kami hanyalah warga negara, kami bukan penduduk. Tidak ada kewajiban bagi kami untuk membela apa yang disebut tanah air. Bahkan kami tidak mengerti apa itu.


Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia

Sadarlah, Kek. Jendral tersenyum itu tidak lagi berkuasa. Tidak ada lagi istilah menyatukan keragaman. Di masa sekarang ini yang sedang trend adalah upaya mempertahankan keragaman. Tidak perlulah kalian berbohong dengan berkata hanya ada satu bangsa di NKRI ini.
Bahkan secara nyata tampak dari dulu bahwa negara ini didiami oleh bermacam-macam bangsa yang berbeda baik itu pribumi maupun pendatang. Secara ilmiah, tidak ada apa itu yang kalian sebut sebagai Bangsa Indonesia. Selama 32 tahun Orde Baru istilah Bangsa Indonesia hanya digunakan orang-orang Jawa dalam upayanya menjajah daerah-daerah lain. Kini lihatlah mereka mulai sadar bahwa tidak ada Bangsa Indonesia, yang ada adalah Bangsa Jawa yang memaksakan bangsa-bangsa lain di NKRI ini untuk mengikuti mereka.
Jadi, Kek, kenapa kalian berbohong bahwa kalian itu sama? Kenapa kalian membuat sumpah palsu bahwa kalian itu satu? Bukankah pada kenyataannya kalian itu berbeda-beda dan itu tidak dapat dipungkiri lagi. Mungkin hanya satu kesamaan kalian pada waktu itu yaitu: sama-sama dijajah!
Kenapa pula Kakek bangga mengaku bagian dari mereka? Lihatlah mereka adalah sekumpulan orang-orang yang malas bekerja dan korup. Tidak ada yang membanggakan dari mereka. Lihatlah negara yang kaya ini hancur bukan karena orang lain, tetapi karena perilaku mereka sendiri. Lalu apa yang Kakek banggakan dengan mengaku bahwa kalian adalah satu: Bangsa Indonesia?


Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia


Kek, ingatkah adikku yang paling kecil kini bersekolah di Taman Kanak-Kanak? Disana dia tidak lagi diajari bahasa persatuan kalian itu. Ini era globalisasi. Maka kini Bahasa Persatuan kami adalah Bahasa Inggris. Bahasa Inggris lah yang menyatukan kami dengan negara-negara lain. Bahasa Inggris pula lah yang menunjukkan seberapa terpelajar kami di masayarakat kita ini.
Maka jangan heran jika kini orang tua kami lebih suka menyekolahkan anaknya di sekolah yang mengajarkan Bahasa Persatuan kami itu. Jangan heran pula jika kini kami lebih suka menggunakan istilah asing dalam keseharian kami. Karena bahasa persatuan kami adalah Bahasa Inggris.
Cukuplah Bahasa Persatuan kalian itu dipelajari dalam sekolah-sekolah konvesional kami dari umur 5tahun hingga 18tahun, tidak lebih. Dan jangan berharap kami akan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari kami karena itu sangat memalukan. Mana mungkin di zaman globalisasi ini kami masih menggunakan bahasa konvensional itu??
Lihatlah buku-buku kami, dapatkah Kakek temukan Bahasa Persatuan kakek? Lihatlah selebaran-selebaran kami yang dipenuhi istilah-istilah Bahasa Persatuan kami. Lihatlah forum-forum terpelajar kami yang mulai meninggalkan Bahasa Persatuan kakek karena sudah ketinggalan zaman. Kek,kenapa 83 tahun yang lalu kalian tidak bersumpah saja menjunjung tinggi Bahasa Inggris?
Sekali lagi, Kek, kami sungguh tidak paham dengan kalian. Mengapa kalian membuat sumpah semacam itu 83 tahun yang lalu? Tidak tahukah kakek bahwa Sumpah dan Janji itu sangat sakral dan harus ditepati? Tapi untunglah, Kek, bukan kami yang bersumpah melainkan kalian.

CATATAN KU
Sumpah pemuda itu sumpahnya siapa? Jika memang pemuda pada zaman itu yang bersumpah, maka tentu kini sumpah itu menjadi sumpah orang tua. Namun sumpah pemuda adalah sumpah yang melekat kepada seluruh pemuda di Indonesia tanpa mengenal zaman.
Catatan ini ditulis dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda. Pertanyannya adalah apakah pemuda Indonesia saat ini mau bersumpah semacam ini?


Sumpah pemuda kini tidak lebih dari sekedar hiasan dinding di gedung-gedung sekolah tua. Para pemuda lupa akan sumpah yang tidak pernah mereka ucapkan tersebut.
Terlepas dari itu semua sumpah pemuda berisi harapan akan Indonesia yang bersatu. Indonesia yang melupakan label-label kedaerahannya dan menyatu menjadi sebuah masyarakat yang satu. Ini merupakan suatu tantangan tersendiri, dimana Indonesia didiami oleh bermacam-macam bangsa yang berbeda-beda. Terlebih lagi di zaman sekarang ini dimana keragaman semakin diperkuat.

Sumpah pemuda menyadarkan kita mengapa Indonesia tidak menjadi negara serikat. Negara serikat memelihara keragaman dan menyatukan keragaman tersebut dalam suatu ikatan formal. Namun para pendahulu kita menginkan negara yang satu, negara yang meskipun terdiri dari berbagai macam bangsa namun melebur menjadi satu yaitu bangsa Indonesia, yang memiliki tanah tumpah darah yang satu, dan berbahasa satu.


courtesy of Kaskus.us

Bagaimana kawan?


Fakta yang terjadi:

Banyak orang berkata 

"Buat apa tinggal disini,toh kalau tinggal di negara Maju lebih terjamin" 
"Negeri kita tak akan pernah maju, tidak ada yang bisa dibanggakan dari Indonesia"

Hei,tahukah kalian?
Negeri kita ini,tengah dilirik oleh jutaan warga dunia..

Pamor sebagai 'Negara Kepulauan Terbesar di DUNIA' telah diketahi khalayak internasional sejak lama.

Predikat sebagai salah satu Negeri Terhijau,merupakan penyumbang persentase Hutan terbesar di dunia. yang tak lain,julukan Indonesia itu sendiri si Hijau "Zamrud Katulistiwa"

Keragaman Seni Budaya,Kulture,Hayati,dan Hasil Tambang,dan kuliner khas. Negri dengan suku dan Bahasa Daerah paling beragam. Surga bagi siapa saja yang mencintai Seni dan Budaya eksotis.

Banyak Para pendiri bangsa,kaum cendekiawan, dan sederet para pejuang gagah berani tanpa nama & tanpa tanda jasa. Salah satu bangsa yang mendapatkan kemerdekaannya dari perjuangan,tumpah darah anak negeri. 

Indonesia bukan Negeri orang bodoh! 
Banyak rakyat Indonesia,terutama generasi penerus yang telah SUKSES. Memenangi persaingan global dan diakui di mata Internasional. Tapi yang terjadi...
Mereka semua memilih untuk meninggalkan negerinya. Tanah kelahirannya. Negeri dimana ia merintis segalanya dari 0. Tempat dimana semua yang ia miliki berawal.

Dan yang terjadi... tinggallah Ibu pertiwi menangis,ditinggal putra-putri terbaiknya. Tak ada yang membangun Bangsa ini. Yang tinggal hanyalah serpihan keputusasaan. Dominasi kaum atas. Kekuasaan absolut penghianat bangsa. Mereka yang membuat ibu pertiwi semakin menangis..

Kalian-kah salah satu dari mereka ?
Akankah kalian berbuat seperti itu ?

Tapi,bersyukurlah kita,secercah harapan tetap ada bagi Negeri tercinta ini. Anak-anak muda,mereka yang telah membuktikan diri di mata dunia,dan tetap setia pada negeri. Membangun negeri ini dari keterpurukan. Mengharumkan nama bangsa. Memang kecil. Hanya segelintir pemuda Indonesia. 

Tapi perubahan besar tak mungkin terjadi tanpa diawali perubahan-perubahan kecil.

Cinta Tanah Air tidak diukur dari seberapa besar 'fanatisme' terhadap negeri. 
Apalagi anarkisme yang mengatasnamakan kemajuan bangsa.
Semua hanya menambah kesan buruk dan carut marut negri.

Nasionalisme tidaklah diukur dari seberapa baik dan sering seseorang menggunakan Bahasa Indonesia
Seseorang yang berkomunikasi dengan bahasa Asing juga TIDAK dapat dikatakan kurang NASIONALIS

Seseorang dapat dikatakan nasionalis, saat ia menghargai bahasa Indonesia, dan lebih bangga menggunakan bahasanya sendiri ketimbang bahasa asing

Kita harus bersatu! Kembalikan asas Bhineka Tunggal Ika! Anak-anak muda bersatulah,singkirkan semua perbedaan untuk negeri kita,Indonesia!

Go Internasional! buktikan diri kalian pada dunia. Berdirilah sebagai putra terbaik bangsa,individu yang mandiri dan berkarakter. Jadilah sukses! Dan katakanlah dengan bangga.... "Saya adalah orang Indonesia, dan saya bangga akan itu"

Arah bangsa ini ada sepenuhnya di tangan Generasi Muda.
Seperti yg telah dibahas, Indonesia telah dan sedang mendapat perhatian dunia Internasional.
Akankah itu menjadi pandangan Positif dan penghargaan ? atau sebaliknya ?







»»  BACA SELENGKAPNYA...